Para filosof seringkali membicarakan tentang makna cinta dan akhirnya kesimpulannya tetap
terserah kepada siapa yang memandang.
Cinta dapat menjadikan manusia menjadi sangat mulia, dan cinta pula yang
menjadikan orang menjadi tercela,akan tetapi tidak untuk disalah gunakan untuk
hal yang tidak bermanfaat, contohnya seperti orang-orang yang pada umumnya
berpacaran. Manusia diciptakan dengan memiliki rasa cinta dan kasih sayang
kesesamanya, dan kemudian mencari sesuatu apa yang dicintainya, akan tetapi berhati-hatilah
dalam mencintai, dan cintailah hanya orang-orang (sesuatu) yang memang patut dan
layak dicintai dalam batas sewajarnya.
“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum, kecuali akan digiring bersama
mereka kelak” [H.R. Ahmad].
Seorang sahabat nabi, yang karena cintanya kepada beliau (Rosulullah), rela menghadang
panah-panah dengan tubuhnya untuk melindung beliau, dan cinta semacam ini
adalah cinta yang penuh dengan nilai kemuliaan. Seorang ayah, karena
cintanya kepada anaknya, rela bekerja siang malam, bahkan lembur segala, untuk
membahagiakan istri dan anaknya, untuk sekedar melihat senyum mengembang di
bibir istri dan anaknya, maka cinta yang demikian adalah cinta yang mulia. Cinta yang dapat membawa kepada nilai kebaikan dan kemuliaan dengan hati yang penuh keikhlasan dan mengharap Ridho-Nya.
Dalam islam mengenal beberapa peringkat cinta, akan tetapi yang menduduki tempat teratas ialah cinta yang hanya mampu kita persembahkan kepada Rabb
Yang Mahaagung, yang mampu menciptakan rasa ingin mempersembahkan gemerincing
rupiah terakhir dan tetes darah penghabisan hanya(semata-mata)
untuk-Nya dan Ridho-Nya, "Orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Alloh." (QS. Al-Baqarah:165). Cinta yang inilah yang
akan memberikan manfaat besar bagi kita, bahkan Allah akan memberikan balasan yang
setimpal kepada semua mahluknya dengan cinta yang sama seperti apa yang
diberikan oleh mahluknya itu kepada-Nya. Dan
cinta siapakah yang lebih baik selain dari cinta yang diberikan Allah kepada
mahluknya. Kemudian cinta akan kerinduan bertemu dengan Rosulullah dan
mengikuti sunna-sunnahnya, cinta kepada sesama mu’min denagn mu’min
lainnya, menjadikan sesama muslim sebagai saudara untuk mengikat ukhuwah yang
islami, rasa simpati yang dapat menumbuhkan keinginan untuk berbuat kebaikkan, saling menasihati, saling
mengingatkan, menyelamatkan manusia dari ancaman siksa Allah di hari akhir, yang terakhir adalah cinta yang merupakan kadar
cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta kepada selain
manusia, seperti harta benda, pangkat, dan kedudukan. Bila dikelola dengan baik
dan disertai rasa syukur, ia dapat menumbuhkan ghirah (semangat) untuk
memanfaatkan dan mendayagunakannya di jalan Allah.
Menjadikan hidup kita dalam naungan cinta, adalah suatu keindahan yang bisa memberi warna dalam hidup kita, akan
tetapi jangan sampai cinta it berlandaskan pada hawa nafsu dan pilihlah cinta yang hanya berlandaskan kecintaan pada Allah dan
Rasulullah. Dan cintailah hanya orang (sesuatu) yang
memang layak untuk kita cintai, yang akan bersama kita menuju ridha-Nya hingga di Jannah kelak. Aamin ..