Minggu, 22 Januari 2012

Cinta Haqiqi


Para filosof seringkali membicarakan tentang makna cinta dan akhirnya kesimpulannya tetap terserah kepada siapa yang memandang. 
Cinta dapat menjadikan manusia menjadi sangat mulia, dan cinta pula yang menjadikan orang menjadi tercela,akan tetapi tidak untuk disalah gunakan untuk hal yang tidak bermanfaat, contohnya seperti orang-orang yang pada umumnya berpacaran. Manusia diciptakan dengan memiliki rasa cinta dan kasih sayang kesesamanya, dan kemudian mencari sesuatu apa yang dicintainya, akan tetapi berhati-hatilah dalam mencintai, dan cintailah hanya orang-orang (sesuatu) yang memang patut dan layak dicintai dalam batas sewajarnya.
“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum, kecuali akan digiring bersama mereka kelak” [H.R. Ahmad].
Seorang sahabat nabi, yang karena cintanya kepada beliau (Rosulullah), rela menghadang panah-panah dengan tubuhnya untuk melindung beliau, dan cinta semacam ini adalah cinta yang penuh dengan nilai kemuliaan. Seorang ayah, karena cintanya kepada anaknya, rela bekerja siang malam, bahkan lembur segala, untuk membahagiakan istri dan anaknya, untuk sekedar melihat senyum mengembang di bibir istri dan anaknya, maka cinta yang demikian adalah cinta yang mulia. Cinta yang dapat membawa kepada nilai kebaikan dan kemuliaan dengan hati yang penuh keikhlasan dan mengharap Ridho-Nya.

Dalam islam mengenal beberapa peringkat cinta, akan tetapi yang menduduki tempat teratas ialah cinta yang hanya mampu kita persembahkan kepada Rabb Yang Mahaagung, yang mampu menciptakan rasa ingin mempersembahkan gemerincing rupiah terakhir dan tetes darah penghabisan hanya(semata-mata) untuk-Nya dan Ridho-Nya,  "Orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Alloh." (QS. Al-Baqarah:165)Cinta yang inilah yang akan memberikan manfaat besar bagi kita, bahkan Allah akan memberikan balasan yang setimpal kepada semua mahluknya dengan cinta yang sama seperti apa yang diberikan oleh mahluknya itu kepada-Nya. Dan cinta siapakah yang lebih baik selain dari cinta yang diberikan Allah kepada mahluknya. Kemudian cinta akan kerinduan bertemu dengan Rosulullah dan mengikuti sunna-sunnahnya, cinta kepada sesama mu’min denagn mu’min lainnya, menjadikan sesama muslim sebagai saudara untuk mengikat ukhuwah yang islami, rasa simpati yang dapat menumbuhkan keinginan untuk berbuat kebaikkan, saling menasihati, saling mengingatkan, menyelamatkan manusia dari ancaman siksa Allah di hari akhir, yang terakhir adalah cinta yang merupakan kadar cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta kepada selain manusia, seperti harta benda, pangkat, dan kedudukan. Bila dikelola dengan baik dan disertai rasa syukur, ia dapat menumbuhkan ghirah (semangat) untuk memanfaatkan dan mendayagunakannya di jalan Allah.
Menjadikan hidup kita dalam naungan cinta, adalah suatu keindahan yang bisa memberi warna dalam hidup kita, akan tetapi jangan sampai cinta it berlandaskan pada hawa nafsu dan pilihlah cinta yang hanya berlandaskan kecintaan pada Allah dan Rasulullah. Dan cintailah hanya orang (sesuatu) yang memang layak untuk kita cintai, yang akan bersama kita menuju ridha-Nya hingga di Jannah kelak. Aamin ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar