Sabtu, 28 Januari 2012

Menyentuh Hati Melalui Da'wah


            Sebelum membahas tentang bagaimana cara menyentuh hati dengan da’wah yang kita tempuh, ada baiknya kita mengingat kembali satu hal yang harus ada dalam prinsip perjalanan hidup kita dalam melangkah seperti dalam wasiat Hasan Albana, yaitu “Janganlah Engkau berputus asa, karena putus asa bukanlah akhlaq seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah mimpi hari esok. Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidup-nya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat”.
            Sama halnya yang ingin kita lakukan dalam memahami atau mengenal orang lain. Ada yang kita kenal dengan istilah “individu”, yaitu komponen terkecil penyusun masyarakat, Dia memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat itu sendiri. Oleh kerana itu, yang menjadi tonggak dalam gerakan kita adalah individu, kemudian keluarga, dan akhirnya masyarakat. Maka perbaikilah dirimu terlebih dahulu, kemudian serulah orang lain ke jalan kebaikan. Kerana terwujudnya peribadi-peribadi yang benar-benar mukmin akan membuka banyak peluang untuk sukses. Inilah karakteristik Islam yang paling menonjol, yaitu pembentukan pribadi yang islami.
            Bukankah ini adalah tujuan dakwah? Bukankah mencari pengikut dengan cara seperti ini adalah tindakan yang bijaksana dan akan membuahkan hasil yang jelas? Tugas kita adalah meluruskan pendapat umum yang salah terhadap Islam. Jika individu bisa menjadi baik, maka nusyarakat pun akan menjadi baik, dan dengan sendiri-nya Islam akan berdiri tegak.
TUGAS KITA yang pertama adalah memberi arahan (taujih) dengan perlahan agar tidak salah dalam memberikan arahan tersebut. Kita juga harus mampu untuk mengalirkan kekuatan dan sumber energi terhadap mereka agar senantiasa mampu menyinari sekeliling mereka. Jika kita tidak memiliki kunci untuk berda’wah ataupun mengenal mereka lebih dekat, maka sulit bagi kita untuk masuk dan memberi apa yang ingin kita beri kepada orang lain. Maka dari itu kita harus memiliki potensi tersebut. Tugas kita juga harus pandai cara menghayati hati dan pola pemikiran. Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati mereka dibutuhkan langkah yang cermat dan lemah lembut kerana biasanya pemuda-pemuda ini mempunyai seseorang yang, mereka segani dan hormati. Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan pemuda-pemuda itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da'i tidak boleh putus asa. Selanjutnya kita mulai melihat atau memandang mereka dengan hangat selayaknya saudar sendiri, kemudian kita dahulu yang memulai untuk berkenalan disertai dangan mengingat (menghafal) nama mereka karena disinilah  terjadi interaksi dan lahir sifat saling percaya dan ingin tahu sesama individu. Ia merupakan langkah awal dan benang pertama yang mengikat antara hati individu. Ia adalah benang yang mengikat bolabola kecil yang berserakan. Setiap orang tentu akan merasa senang jika dipanggil dengan namanya, apalagi dengan nama yang paling ia sukai.
Menghafal nama mempunyai peran yang amat penting. Oleh kerana itu, beberapa metode yang dapat membantu permasalahan ini :
    Hendaklah kita tanamkan rasa ingin dan suka menghafal nama orang lain.
  Ketika sedang berkenalan, hendaklah kita siap untuk menghafal namanya secara lengkap atau sebagian saja lalu mengingat-ingat dan memakainya pada saat itu juga tatkala bercakap-cakap.
    Nama biasanya terdiri dari tiga bagian: namanya sendiri, nama orang tuanya, dan nama keluarganya. Nama yang paling disukai oleh pemiliknya adalah namanya sendiri, maka panggillah ia dengan panggilan kesayangannya.
    Ketika berkenalan dengan nama yang baru, kita harus mengingat orang-orang yang mempunyai Nama yang sama yang telah kita kenal sebelumnya agar mudah untuk menghafal.
    Pada waktu berkenalan, kita harus memperhatikan wajah dan keadaannya apakah Ia berjanggut, memakai kaca mata, bagaimana warna kulit, suara, bentuk tubuhnya, pekerjaannya, serta di mana dan bagaimana perkenalan itu berlangsung (sesuatu yang khas yang Ia miliki).
    Untuk memantapkan ingatan,  kita bisa menulis nama-nama tersebut, dan setiap kali bertemu hendaklah kita memanggil mereka dengan nama-nama tersebut. Jika tempat tinggalnya jauh, hendaklah kita mengirim surat kepadanya atau menyempatkan diri untuk silaturahim ke tempat tinggalnya, kerana ini mempunyai dampak yang amat besar dalam mempererat hubungan kita dengan mereka. Surat menyurat dan silaturahim itu sendiri merupakan sarana dalam tarbiyah.
    Ketika bertemu lagi, kita harus mengingat-ingat pertemuan-pertemuan sebelumnya dan pertemuan yang pertama kali, kerana ini dapat membantu dalam mengingat namanya dengan cepat.
    Berkenalan dengan seseorang merupakan pintu bagi kita untuk berkenalan  dengan teman-temannya, hingga kita mempunyai data nama yang amat banyak. Kita pun harus berusaha agar nama-nama itu tetap melekat di kepala.  Selanjutnya jika tahapan tersebut telah kita lakukan secara perlahan, dilanjutka dengan tahapan berikutnya, yaitu :
œ    Pertama, jika bertemu maka berilah salam. Mengucapkan salam adalah langkah pertama, akan semakin mantap jika diikuti dengan berjabat tangan. Ucapan salam harus disertai dengan perasaan cinta, senang, dan wajah yang berseri agar fungsi ucapan salam itu terwujud. Menagucapkan salam juga termasuk sebagai pembuka hati dan pemberi kedamaian. Setelah itu saling memperkenalkan nama, pekerjaan, dan tempat tinggal. Dengan demikian kita telah menapaki tahap awal dalam berdakwah. Bahkan kita juga mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, karena berjabat tangan merupakan salah satu sarana penghapus dosa diantara keduany, jika waktu memungkinkan. 
œ    Kedua, jika tidak kelihatan maka cari tahulah. Watak sebuah perkenalan adalah jika seseorang yang telah kita kenal itu tidak kita lihat dalam waktu tertentu, maka kita harus mencari kabar tentang keadaannya atau menghubunginya, baik lewat telepon maupun surat.
œ    Ketiga,  jika sakit maka jenguklah. Sunnatullah akan berlaku pada setiap orang, maka suatu saat ia akan merasa gembira, sedih, atau sakit dan setiap kondisi harus disikapi dengan sikap yang islami. Jika kita mendengar bahawa teman kita sakit, kita harus cepat-cepat menjenguknya, memberikan kesejukan, dan mendoakan untuk kesembuhannya akan sangat baik lagi jika kita membawa hadiah yang sesuai.
œ    Keempat, jika ia mengundangmu maka penuhilah. Setelah melewati tahapan-tahapan di atas maka hubungan antara kalian akan semakin erat. Suatu saat teman kita akan menghadapi keadaan-keadaan penting, seperti sukses dalam tugas, pernikahan, atau yang lainnya, lalu ia mengundang kita untuk menghadiri acara-acara tersebut. Kita harus memenuhi undangan tersebut kerana ini merupakan kesempatan berharga yang tersedia tanpa harus kita rencanakan sebelumnya. Begitu juga sebaliknya, kita pun harus mengundangnya dalam acara-acara penting yang kita adakan.
œ    Kelima, jika ia bersin dan mengucapkan "hamdalah" maka jawablah (ucapkan "yarhamukallah") Duduk bersebelahan dengan orang yang belum dikenal di suatu tempat, baik di perjalanan, pesta, mahupun tatkala menjenguk orang sakit, lalu orang yang duduk di sebelah kita itu bersin maka hendaklah kita menoleh kepadanya dengan wajah berseri seraya mengucapkan, "yarhamukallah (mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada Anda)." Tentunya hal ini akan menjadikan dirinya merasakan sesuatu yang baru dan setelah itu kita dapat bercakap-cakap dengannya.
œ    Keenam, jika ia meninggal dunia maka antarkanlah ke tempat pemakamannya. Apa yang dapat ia lakukan setelah meninggal dunia dan dikubur? Pada hakikatnya, mengantar orang lain yang meninggal ke tempat pemakaman adalah mengantar dirinya sendiri, yang ia akan dapat mengambil nasihat, pelajaran, dan merenungkannya. Ini sebuah sunah Rasulullah saw. yang menggambarkan persatuan dan kesatuan kaum muslimin. Jika sebelumnya kita dapat mengenal pribadi orang yang telah meninggal dunia, maka sekarang kita dapat menggunakan kesempatan untuk berkenalan dengan keluarganya dan orang-orang yang berta'ziah ke rumahnya, dst.
œ    Ketujuh, saling tolong menolong dalam hal apapun selagi perbuatan itu bernilai baik. Milikilah sifat empaty terhadap sesama, itu menunjukkan sikap peduli kita terhadap mereka dan berusaha memberikan yang terbaik. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan, "Berbuat baiklah, dan lemparkan kebaikan itu ke dalam lautan." Akan tetapi, kami mengatakan, "Berbuat baiklah kerana Allah, niscaya kebaikan itu akan kembali kepadamu di dunia mahupun di akhirat."
Selanjutnya adalah menebarkan senyum kepada mereka, itu termasuk salah satu tanda sikap ramah kita.  Senyuman adalah gambaran isi hati yang menggerakkan perasaan dan memancar pada wajah seperti kilatan cahaya, seakan berbicara dan memanggil, sehingga hati yang mendengar akan terpikat karena rasa itu muncul dari hati yang ikhlas, maka kita juga akan merasakan dampaknya bagi tubuh kita terutama bagian wajah kita. Mengenai hal ini Rasulullah telah mengingatkan kepada kita dengan sabdanya,
"Kamu tidak akan dapat membahagiakan orang lain dengan hartamu, tetapi yang dapat membahagiakan mereka adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia."
Hendaknya sikap kita saat bertemu mereka kemudian berbincang-bincang dengan tutur kata yang sopan, lemah lembut, dst. Penampilan dengan akhlaq yang baik, akan membuat mereka (si pendengar, si pelihat) akan merasa takjub dan senang. Dalam hal tersebut kita juga harus memiliki aura (cara memendang) yang baik seperti dengan cara penuhi pandangan kita dengan kasih sayang terhadap mereka.
            Selanjutnya jika kita mendapatkan hal yang buruk dari orang lain, sebaiknya kita membalas keburukan mereka dengan kebaikan kita (tidak berbalas dendam). Hal itulah yang dapat menguji kekuatan kita untuk berda’wah dan mengenal watak orang lain, dan kesabaranlah cara kita untuk menunjukkan bahwa kita tidak memiliki dendam terhadap mereka. Sikap lunak dan kasih sayang dalam kesabaran dapat mendekatkan pada hakikat yang tidak diketahuinya. Sehingga bila mereka memahami dan merasakan, niscya mereka akan mengimani dan meyakininya.
            Langkah selanjutnya yaitu optimisme yang penuh dan lapang dada. Untuk memahami orang lain perlu dengan kesabaran yang ekstra. Seseorang yang berusaha menyentuh hati orang lain juga harus mempunyai karakteristik yang cerdas dan bersih. Akan tetapi kebersihan dan kecerdasan hati tersebut murni dari nuraninya. Interaksi sesama dengan saling pengertian dapat menimbulkan ketenangan batin dan kebahagiaan hati, bahkan dapat membangkitkan rasa optimisme walaupun tidak dapat diungkapkan. Dalam perjalanan untuk saling mengenal juga diperlukan kritik dan saran untuk pembenahan atau perbaikan agar lebih baik lagi. Interaksi da’wah yang tidak memperhatikan kepekaan hati dan perasaan, maka akan merusak sendi-sendi perjalanan perkenalan yang telah dibangun. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah akhlaq kita dalam bersosialisasi kepada orang lain dengan keindahan bahasa hati dan jadilah saudara yang hangat bagi mereka agar kita bisa menjadi orang yang berharga dalam perjalanan kisah hidupnya, jangan sampai kita merusak ukhuwah yang telah dibangun dengan sikap kita yang lalai hingga mengecewakan mereka. Ingatlah saudara ku, cintailah saudara kita selayaknya kita mencintai diri kita sendiri, akan tetapi sewajarnya saja tidak melebihi cinta kita pada sang khaliq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar