Sebelum
membahas tentang bagaimana cara menyentuh hati dengan da’wah yang kita tempuh,
ada baiknya kita mengingat kembali satu hal yang harus ada dalam prinsip
perjalanan hidup kita dalam melangkah seperti
dalam wasiat Hasan Albana, yaitu “Janganlah Engkau berputus asa,
karena putus asa bukanlah akhlaq seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan
hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah mimpi hari esok.
Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian masih
tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan
kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidup-nya
dan yang kuat tidak akan selamanya kuat”.
Sama
halnya yang ingin kita lakukan dalam memahami atau mengenal orang lain. Ada
yang kita kenal dengan istilah “individu”, yaitu komponen terkecil penyusun
masyarakat, Dia memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan dan bentuk
masyarakat itu sendiri. Oleh kerana itu, yang menjadi tonggak dalam gerakan
kita adalah individu, kemudian keluarga, dan akhirnya masyarakat. Maka
perbaikilah dirimu terlebih dahulu, kemudian serulah orang lain ke jalan
kebaikan. Kerana terwujudnya peribadi-peribadi yang benar-benar mukmin akan
membuka banyak peluang untuk sukses. Inilah karakteristik Islam yang paling
menonjol, yaitu pembentukan pribadi yang islami.
Bukankah
ini adalah tujuan dakwah? Bukankah mencari pengikut dengan cara seperti ini
adalah tindakan yang bijaksana dan akan membuahkan hasil yang jelas? Tugas kita
adalah meluruskan pendapat umum yang salah terhadap Islam. Jika individu bisa
menjadi baik, maka nusyarakat pun akan menjadi baik, dan dengan sendiri-nya
Islam akan berdiri tegak.
TUGAS KITA yang pertama adalah memberi
arahan (taujih) dengan perlahan agar tidak salah dalam memberikan arahan
tersebut. Kita juga harus mampu untuk mengalirkan kekuatan dan sumber energi
terhadap mereka agar senantiasa mampu menyinari sekeliling mereka. Jika kita
tidak memiliki kunci untuk berda’wah ataupun mengenal mereka lebih dekat, maka
sulit bagi kita untuk masuk dan memberi apa yang ingin kita beri kepada orang
lain. Maka dari itu kita harus memiliki potensi tersebut. Tugas kita juga harus
pandai cara menghayati hati dan pola pemikiran. Yang perlu diperhatikan adalah
dalam mendekati mereka dibutuhkan langkah yang cermat dan lemah lembut kerana
biasanya pemuda-pemuda ini mempunyai seseorang yang, mereka segani dan hormati.
Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan
pemuda-pemuda itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak
berhasil, sebagai da'i tidak boleh putus asa. Selanjutnya kita mulai melihat
atau memandang mereka dengan hangat selayaknya saudar sendiri, kemudian kita
dahulu yang memulai untuk berkenalan disertai dangan mengingat (menghafal)
nama mereka karena disinilah terjadi
interaksi dan lahir sifat saling percaya dan ingin tahu sesama individu. Ia
merupakan langkah awal dan benang pertama yang mengikat antara hati individu.
Ia adalah benang yang mengikat bolabola kecil yang berserakan. Setiap orang tentu
akan merasa senang jika dipanggil dengan namanya, apalagi dengan nama yang paling
ia sukai.
Menghafal nama mempunyai peran yang
amat penting. Oleh kerana itu, beberapa metode yang dapat membantu permasalahan
ini :
Hendaklah kita tanamkan rasa ingin dan suka menghafal nama orang
lain.
Ketika sedang berkenalan, hendaklah kita siap untuk menghafal
namanya secara lengkap atau sebagian saja lalu mengingat-ingat dan memakainya
pada saat itu juga tatkala bercakap-cakap.
Nama biasanya terdiri dari tiga bagian: namanya sendiri, nama
orang tuanya, dan nama keluarganya. Nama yang paling disukai oleh pemiliknya
adalah namanya sendiri, maka panggillah ia dengan panggilan kesayangannya.
Ketika
berkenalan dengan nama yang baru, kita harus mengingat orang-orang yang mempunyai
Nama yang sama yang telah kita kenal sebelumnya agar mudah untuk menghafal.
Pada
waktu berkenalan, kita harus memperhatikan wajah dan keadaannya apakah Ia berjanggut,
memakai kaca mata, bagaimana warna kulit, suara, bentuk tubuhnya, pekerjaannya,
serta di mana dan bagaimana perkenalan itu berlangsung (sesuatu yang khas yang
Ia miliki).
Untuk
memantapkan ingatan, kita bisa menulis
nama-nama tersebut, dan setiap kali bertemu hendaklah kita memanggil mereka
dengan nama-nama tersebut. Jika tempat tinggalnya jauh, hendaklah kita mengirim
surat kepadanya atau menyempatkan diri untuk silaturahim ke tempat tinggalnya, kerana
ini mempunyai dampak yang amat besar dalam mempererat hubungan kita dengan
mereka. Surat menyurat dan silaturahim itu sendiri merupakan sarana dalam
tarbiyah.
Ketika
bertemu lagi, kita harus mengingat-ingat pertemuan-pertemuan sebelumnya dan
pertemuan yang pertama kali, kerana ini dapat membantu dalam mengingat namanya
dengan cepat.
Berkenalan
dengan seseorang merupakan pintu bagi kita untuk berkenalan dengan teman-temannya, hingga kita mempunyai
data nama yang amat banyak. Kita pun harus berusaha agar nama-nama itu tetap
melekat di kepala. Selanjutnya jika
tahapan tersebut telah kita lakukan secara perlahan, dilanjutka dengan tahapan
berikutnya, yaitu :
Pertama, jika bertemu maka
berilah salam. Mengucapkan salam adalah langkah pertama, akan semakin mantap
jika diikuti dengan berjabat tangan. Ucapan salam harus disertai dengan
perasaan cinta, senang, dan wajah yang berseri agar fungsi ucapan salam itu
terwujud. Menagucapkan salam juga termasuk sebagai pembuka hati dan pemberi
kedamaian. Setelah itu saling memperkenalkan nama, pekerjaan, dan tempat
tinggal. Dengan demikian kita telah menapaki tahap awal dalam berdakwah. Bahkan
kita juga mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, karena berjabat tangan
merupakan salah satu sarana penghapus dosa diantara keduany, jika waktu
memungkinkan.
Kedua, jika tidak
kelihatan maka cari tahulah. Watak sebuah perkenalan adalah jika seseorang yang
telah kita kenal itu tidak kita lihat dalam waktu tertentu, maka kita harus
mencari kabar tentang keadaannya atau menghubunginya, baik lewat telepon maupun
surat.
Ketiga, jika sakit maka jenguklah. Sunnatullah akan berlaku pada
setiap orang, maka suatu saat ia akan merasa gembira, sedih, atau sakit dan
setiap kondisi harus disikapi dengan sikap yang islami. Jika kita mendengar
bahawa teman kita sakit, kita harus cepat-cepat menjenguknya, memberikan
kesejukan, dan mendoakan untuk kesembuhannya akan sangat baik lagi jika kita
membawa hadiah yang sesuai.
Keempat, jika ia mengundangmu maka penuhilah. Setelah melewati
tahapan-tahapan di atas maka hubungan antara kalian akan semakin erat. Suatu
saat teman kita akan menghadapi keadaan-keadaan penting, seperti sukses dalam
tugas, pernikahan, atau yang lainnya, lalu ia mengundang kita untuk menghadiri
acara-acara tersebut. Kita harus memenuhi undangan tersebut kerana ini
merupakan kesempatan berharga yang tersedia tanpa harus kita rencanakan
sebelumnya. Begitu juga sebaliknya, kita pun harus mengundangnya dalam
acara-acara penting yang kita adakan.
Kelima, jika ia bersin dan mengucapkan "hamdalah" maka
jawablah (ucapkan "yarhamukallah") Duduk bersebelahan dengan orang
yang belum dikenal di suatu tempat, baik di perjalanan, pesta, mahupun tatkala
menjenguk orang sakit, lalu orang yang duduk di sebelah kita itu bersin maka
hendaklah kita menoleh kepadanya dengan wajah berseri seraya mengucapkan,
"yarhamukallah (mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada Anda)."
Tentunya hal ini akan menjadikan dirinya merasakan sesuatu yang baru dan setelah
itu kita dapat bercakap-cakap dengannya.
Keenam, jika ia meninggal dunia maka antarkanlah ke tempat pemakamannya.
Apa yang dapat ia lakukan setelah meninggal dunia dan dikubur? Pada hakikatnya,
mengantar orang lain yang meninggal ke tempat pemakaman adalah mengantar
dirinya sendiri, yang ia akan dapat mengambil nasihat, pelajaran, dan merenungkannya.
Ini sebuah sunah Rasulullah saw. yang menggambarkan persatuan dan kesatuan kaum
muslimin. Jika sebelumnya kita dapat mengenal pribadi orang yang telah meninggal
dunia, maka sekarang kita dapat menggunakan kesempatan untuk berkenalan dengan
keluarganya dan orang-orang yang berta'ziah ke rumahnya, dst.
Ketujuh, saling tolong menolong dalam hal apapun selagi perbuatan itu
bernilai baik. Milikilah sifat empaty terhadap sesama, itu menunjukkan sikap
peduli kita terhadap mereka dan berusaha memberikan yang terbaik. Ada sebuah
ungkapan yang mengatakan, "Berbuat baiklah, dan lemparkan kebaikan itu ke
dalam lautan." Akan tetapi, kami mengatakan, "Berbuat baiklah kerana
Allah, niscaya kebaikan itu akan kembali kepadamu di dunia mahupun di
akhirat."
Selanjutnya adalah menebarkan
senyum kepada mereka, itu termasuk salah satu tanda sikap ramah kita. Senyuman adalah gambaran isi hati yang
menggerakkan perasaan dan memancar pada wajah seperti kilatan cahaya, seakan
berbicara dan memanggil, sehingga hati yang mendengar akan terpikat karena rasa
itu muncul dari hati yang ikhlas, maka kita juga akan merasakan dampaknya bagi
tubuh kita terutama bagian wajah kita. Mengenai hal ini Rasulullah telah
mengingatkan kepada kita dengan sabdanya,
"Kamu
tidak akan dapat membahagiakan orang lain dengan hartamu, tetapi yang dapat
membahagiakan mereka adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia."
Hendaknya sikap kita saat bertemu mereka kemudian
berbincang-bincang dengan tutur kata yang sopan, lemah lembut, dst. Penampilan
dengan akhlaq yang baik, akan membuat mereka (si pendengar, si pelihat) akan
merasa takjub dan senang. Dalam hal tersebut kita juga harus memiliki aura
(cara memendang) yang baik seperti dengan cara penuhi pandangan kita dengan
kasih sayang terhadap mereka.
Selanjutnya
jika kita mendapatkan hal yang buruk dari orang lain, sebaiknya kita
membalas keburukan mereka dengan kebaikan kita (tidak berbalas dendam). Hal
itulah yang dapat menguji kekuatan kita untuk berda’wah dan mengenal watak
orang lain, dan kesabaranlah cara kita untuk menunjukkan bahwa kita tidak
memiliki dendam terhadap mereka. Sikap lunak dan kasih sayang dalam kesabaran
dapat mendekatkan pada hakikat yang tidak diketahuinya. Sehingga bila mereka
memahami dan merasakan, niscya mereka akan mengimani dan meyakininya.
Langkah
selanjutnya yaitu optimisme yang penuh dan lapang dada. Untuk memahami
orang lain perlu dengan kesabaran yang ekstra. Seseorang yang berusaha
menyentuh hati orang lain juga harus mempunyai karakteristik yang cerdas dan
bersih. Akan tetapi kebersihan dan kecerdasan hati tersebut murni dari
nuraninya. Interaksi sesama dengan saling pengertian dapat
menimbulkan ketenangan batin dan kebahagiaan hati, bahkan dapat membangkitkan
rasa optimisme walaupun tidak dapat diungkapkan. Dalam perjalanan untuk saling
mengenal juga diperlukan kritik dan saran untuk pembenahan atau perbaikan
agar lebih baik lagi. Interaksi da’wah yang tidak memperhatikan kepekaan hati
dan perasaan, maka akan merusak sendi-sendi perjalanan perkenalan yang telah
dibangun. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah akhlaq kita dalam
bersosialisasi kepada orang lain dengan keindahan bahasa hati dan
jadilah saudara yang hangat bagi mereka agar kita bisa menjadi orang yang
berharga dalam perjalanan kisah hidupnya, jangan sampai kita merusak ukhuwah
yang telah dibangun dengan sikap kita yang lalai hingga mengecewakan mereka. Ingatlah
saudara ku, cintailah saudara kita selayaknya kita mencintai diri kita sendiri,
akan tetapi sewajarnya saja tidak melebihi cinta kita pada sang khaliq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar